Kopi Java Preanger : Kopi Gunung Tilu, Pangalengan

Kopi dari pegunungan di Jawa Barat sedang naik daun. Tak cuma penikmat kopi dalam negeri yang memburu kopi-kopi dari tanah priangan ini, tetapi juga penyuka kopi dari luar negeri. Kali ini jelajah rasa kopi Indonesia akan mengunjungi kopi pangalengan, dan memulai petualangan di Kopi Gunung Tilu

Salah satu kopi Jawa Barat yang menjadi primadona adalah Java Preanger. Ketika zaman Belanda dulu, kopi Java Preanger ini menjadi salah satu komoditas terkenal di seluruh dunia dari tatar Sunda. Saking terkenalnya, kopi Java Preanger mendapat julukan ‘Secangkir Jawa’ (a cup off coffee) dari para pecintanya di luar negeri.

Kopi Pangalengan

Pangalengan, Kabupaten Bandung terkenal sebagai daerah penghasil susu sapi dan teh. Tak banyak yang tahu bahwa Pangalengan juga memiliki hasil perkebunan lain yaitu kopi. Terletak di ketinggian 1.000-1.400 mdpl membuat tanah di sekitar Pangalengan cocok untuk bertanam kopi arabika.

Kopi Gunung Tilu

Coffee Shop Gunung Tilu
Coffee Shop Gunung Tilu

Salah satu kopi Java Preanger yang mendunia adalah Kopi Gunung Tilu. Hari ini kami dapat bertemu langsung dengan Kang Aleh. Mochamad Aleh Setiapermana atau Kang Aleh adalah ketua dari Koperasi Produsen Kopi Margamulya (KPKM). Koperasi Produsen Kopi Margamulya (KPKM) adalah bentuk kerjasama petani kopi di Desa Margamulya, Pangalengan. Koperasi ini terkenal dengan produk Kopi Gunung Tilu, karena perkebunan mereka ada di daerah Gunung Tilu.

Jenis Kopi Arabika Java Preanger andalan dari koperasi tersebut. Kopi Java Preanger sendiri telah tersohor di kalangan bangsawan Eropa sejak Pemerintahan Hindia Belanda. Karena Kopi Java Preanger merupakan hasil perkebunan Koffiestelsel, sistem tanam paksa yang diberlakukan oleh Pemerintahan Hindia Belanda. Hingga saat ini, Kopi Gunung Tilu telah didistribusikan ke berbagai wilayah di Indonesia, bahkan sampai mancanegara. 

Koperasi Produsen Kopi Margamulya (KPKM) kini membuat Coffee Shop Gunung Tilu berlokasi di Jalan Raya Bandung-Pangalengan km 38,5. Selain berkunjung ke koperasi, di sana para pecinta kopi dapat melihat langsung proses produksi kopi, dari mulai penyeleksian biji kopi sampai produksi kopi siap ekspor.

Awal mula Kopi Gunung Tilu

Sejak 1998 Aleh merintis budi daya kopi di Gunung Tilu selepas terkena pemutusan hubungan kerja dari sebuah perusahaan distribusi. Dia mengaku banyak belajar secara otodidak tentang perkopian. “Pada 2001 saya mulai menanam kopi di lahan sekitar sehektar. Petani lain belum ada yang mau. Saya menanam jenis kopi arabica,” ujar Aleh. Koperasi ini kemudian berkembang dan kini telah memiliki  anggota 250 orang, dengan lahan garapan yang dimilikinya luasnya kini sekitar 4,5 hektar. 

Sayang sekali, saat kami berkunjung produksi kopi sedang tidak berlangsung. Menurutnya, Kopi Gunung Tilu akan siap panen sekitar bulan Maret tahun ini. Kopi Gunung Tilu kini mampu menghasilkan sekitar 3 Ton Kopi per harinya pada puncak panen.

Kalau Jual Kopi hanya satu cangkir, rasanya memang pahit. Tapi alhamdulillah, dengan kerja keras teman-teman koperasi, kini kita bisa ekspor dengan kontainer. Insya Allah, rasanya jadi manis.

Kang Aleh

Bahkan Kopi Gunung Tilu juga tidak hanya harum namanya di Indonesia, tetapi juga terkenal di dunia. Pada Oktober 2017, Kopi Gunung Tilu menjadi Juara I Coffee Cupping Competition Jenis Arabika di Smesco Rembug Kopi Nusantara, Jakarta. Selain itu juga menjadi Kelompok Tani Berprestasi untuk Komoditas Kopi pada Kategori Pengolah Hasil tahun 2015 dari Gubernur Jawa Barat. Kang Aleh kini juga mulai mempromosikan kopinya melalui online, untuk pemesanan dapat menghubungi Instagramnya disini @m.alehs

Pengolahan Kopi Gunung Tilu

Kang Aleh mengatakan jenis kopi yang ditanam di Gunung Tilu ada beberapa varietas, yakni ateng coklat,  sigarar utang,  LS 795, dan kopi buhun asli Jabar. Kopi ini sebelum di roasting, mengalami beberapa proses pasca-panen seperti olahan semi wash,  fullwash,  honey, dan natural serta wine.

Pengolahan Kopi Gunung Tilu
Pengolahan Kopi Gunung Tilu

Proses natural (kering) ini dimulai dari ceri (biji kopi yang sudah memerah kulitnya dan layak panen) yang disortasi dan dikumpulkan kemudian dijemur utuh. Proses penjemuran ini bisa dilakukan di atas plastik atau batu selama 5-7 minggu. Setelah itu, kopi tinggal digiling.

Proses full wash maksudnya ceri kopi yang sudah dipanen kemudian direndam di air untuk memilih kopi yang bagus dan tidak. Jika kopi bagus maka dia tidak mengambang. Kemudian kulit kopi dikupas dan direndam selama 12-34 jam, dilanjutkan dengan penjemuran untuk mengurangi kadar air menjadi 10-12 persen.

Proses kopi semi wash mirip dengan full wash hanya berbeda pada pelepasan kulit ceri dari kopi. Pada semiwash, pelepasan kulit merah kopi dilakukan dengan mesin, tanpa perlu direndam dengan air.

Kopi dengan proses honey atau pulped natural diawali dengan membersihkan ceri dan lendir kopi. Pada setiap kopi ada lima lapisan: kulit, lendir, perkamen, kulit berwarna perak, dan biji kopi. Proses honey ini tidak melalui tahap fermentasi.

Karakteristik Rasa Kopi Gunung Tilu

Kopi Gunung Tilu
Kopi Gunung Tilu

Kopi Gunung Tilu tumbuh di ketinggian 1.600 mdpl. Kopi Gunung Tilu sendiri memiliki karakteristik rasa florist yang harumnya seperti bunga-bungaan. Menurut Kang Aleh, kopi Java Preanger Gunung Tilu memiliki cita rasa yang khas sehingga disukai  para penikmat kopi. Karena ditanam di hutan, aroma dan rasa Java Preanger lebih kuat dengan kombinasi rasa asam, rempah, dan buah yang seimbang. Aroma kopi Java Preanger tidak lepas dari jenis tanaman yang ada di sekitar. Sayur-sayuran menjadi tanaman yang sejak alam ada di Gunung Tilu. Bahkan, sebagian lahan kopi di sana dulunya ditanami sayur-sayuran.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *